Sunday, March 1, 2009

Greeting !

Salam Damai dalam Kristus !

Pembaca terkasih,
Terlebih dulu redaksi mohon maaf atas keterlambatan terbitnya Warta Kring edisi Pebruari ini, yang disebabkan sesuatu dan lain hal.
Bulan Februari adalah bulan yang selalu identik dengan cinta dan kasih sayang, baik buat keluarga, teman dan yang pastinya buat ...... insan pasang yang sedang dilanda cinta. Dalam bulan Februari ini, sepertinya kita di ingatkan, baik oleh acara-acara televisi maupun barang-barang/pernak pernik yang di jual di toko-toko atau pun di mal-mal , baik berupa coklat, kue, boneka, bunga dan semua yang seba berwarna pink. Valentine Day yang jatuh pada tanggal 14 Pebruari, biasanya memang bisa sedikit melepaskan kita dari rutinitas untuk menunjukkan kasih sayang, terutama kepada orang-orang kita kasihi.
Lalu apakah kita yang katanya sudah mengenal cinta, mengalami jatuh cinta, sudah mengerti dan memahami arti cinta yang sesungguhnya, mungkin artikel di bawah ini bisa sedikit memberi tambahan pemahaman tentang cinta ( Artikel diambil dari blog Pudjiono).
Alkisah, di suatu pulau kecil tinggallah berbagai benda abstrak. Ada yang bernama ‘Cinta’, ‘Kesedihan’, ‘Kegembiraan’, ‘Kekayaan’, ‘Kecantikan’ dan lainnya. Mereka hidup berdampingan dengan baik. Namun suatu ketika, datanglah badai menghempas pulau kecil itu dan meyebabkan permukaan air laut tiba-tiba naik dan tampaknya akan menenggelamkan pulau itu.
Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu permukaan air laut semakin naik dan membasahi kakinya.
Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu, “Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!,” teriak Cinta. “Aduh! Maaf, Cinta!,” kata Kekayaan “Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagi pula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini.” Lalu Kekayaan cepat-cepat pergi mengayuh perahunya. Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya. “Kegembiraan! Tolong aku!,” teriak Cinta. Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak dapat mendengar teriakan Cinta. Permukaan air laut semakin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang dan Cinta pun semakin panik.
Tak lama lewatlah Kecantikan “Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!,” teriak Cinta “Wah, Cinta kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu pergi. Nanti kau akan mengotori perahuku yang indah ini,” sahut Kecantikan. Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itulah lewat Kesedihan “Oh kesedihan, bawalah aku bersamamu!,” kata Cinta. “Maaf. Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja..,” kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. Cinta pun putus asa.
Ia merasakan permukaan air laut makin naik dan akan menenggelamkannya. Pada saat yang kritis itulah tiba-tiba terdengar suara “Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!” Cinta menoleh ke arah suara itu dan cepat-cepat naik ke perahu itu, tepat sebelum air laut menenggelamkannya. Di pulau terdekat, Cinta turun dan perahu itu langsung pergi lagi. Pada saat itu barulah Cinta menyadari bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa yang menolongnya. Cinta segera bertanya pada penduduk pulau itu. “Yang tadi adalah ‘Waktu’,” kata penduduk itu “Tapi, mengapa ia menyelamatkan aku? Aku tidak mengenalinya. Bahkan teman-temanku yang mengenalku pun enggan menolong” tanya Cinta heran “Sebab HANYA WAKTULAH YANG TAHU BERAPA NILAI SESUNGGUHNYA DARI CINTA ITU

TANDA SALIB

Banggakah Anda menjadi orang Katolik? Kalau iya, mengapa Anda bangga menjadi orang Katolik? Apa sih istimewanya orang Katolik itu? Terlepas dari apa pun jawaban Anda, ada satu keistimewaan yang kita punyai sebagai orang Katolik. Yaitu TANDA SALIB. Mengapa istimewa? Tanda salib merupakan suatu rangkaian doa yang walaupun singkat tetapi sangat padat dan dalam maknanya.
Berikut ini penjelasan dari masing-masing bagian tanda salib;
"Demi Nama Bapa" (di dahi) Hal ini menandakan bahwa Allah Bapa merencanakan, menciptakan dan menyelenggarakan segala sesuatunya. Otak adalah pusat segalanya. Otak tempat kita berpikir, tempat kita merencanakan. Bapa merencanakan Putra-Nya untuk datang ke dunia sebagai penyelamat yang menyelamatkan umat manusia.
Dan Bapalah yang menyelenggarakan segala karya dan hidup Yesus. Oleh karena itu kita melanjutkan dengan:
"Dan Putra" Di sini sering terjadi kesalahan karena banyak yang melakukan di dada (horizontal dengan Roh Kudus). Yang benar adalah di pusar, karena tali pusar adalah tali kehidupan, tali yang menyambung antara ibu dan anak di sinilah janin mendapat makan dan mendapat curahan kehidupan. Dan Yesus lahir sebagai manusia untuk menyelamatkan manusia dan karya-Nya itu dimulai dari sejak kita masih berupa janin. Kita semua tahu bahwa Yesus kemudian harus meninggalkan dunia untuk kembali kepada Bapa-Nya.

"Dan Roh Kudus" (horizontal di dada) Bapa sangat mencintai kita dan terus berusaha menyelenggarakan hidup kita sebaik-baiknya, maka Bapa mengirim Roh Kudus-Nya agar tetap mendampingi, melindungi, dan menjaga kita, sehingga kita akan senantiasa mengundang dan menghadirkan Allah Tri Tunggal kita dalam setiap kehidupan, untuk senantiasa menjagai kita sampai kedatangan Allah Putra kembali.
Dengan tanda salib tubuh kita telah dimeterai dan disucikan oleh Allah.
Dalam segala kegiatan kita: sewaktu kita tidur, kita belajar, kita bekerja, kita melakukan pelayanan, kita makan, kita susah, kita senang, kita tertawa, kita menangis.
Jika kita membuat tanda salib itu berarti kita mengundang Allah Tri Tunggal untuk menjaga, melindungi kita sehingga kita tidak melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Bapa.
Tanda salib juga merupakan tanda persatuan kita dengan sesama umat Katolik, misalnya jika kita makan di rumah makan, kemudian melihat ada orang membuat tanda salib, kita pasti bilang : Oh, orang itu orang Katolik, dia saudara saya yang seiman.
God bless you.

Article

SIKAP DASAR MERAYAKAN LITURGI (lanjutan)
Oleh: Pastor E. Martasudjita, Pr.

Lalu ada persiapan rohani atau batin iman kita sendiri. Inilah persiapan yang berupa doa, meditasi, atau renungan atas sabda Tuhan yang nanti akan dibacakan. Banyak orang pergi ke misa kudus tanpa persiapan apa-apa. Mereka tidak tahu tentang bacaan yang akan diwartakan. Yang paling baik, sebelum berangkat ke misa kudus di gereja, kita sudah membaca bahan bacaan misa kudus sesuai dengan kalendarium liturgi. Syukurlah bila membacanya sudah pada malam hari sebelumnya. Kita membaca bacaan Kitab Suci itu dan kita renungkan sebisa-bisanya. Janganlah datang terlambat. Kita datang seawal mungkin untuk berdoa dan mempersiapkan hati, menenangkan hati dan pikiran, merenungkan isi bacaan yang sudah kita baca di rumah atau tersedia dalam teks misa, dan jangan lupa merumuskan dan menyampaikan ujud doa kita. Apa yang ingin saya syukuri dalam Ekaristi ini dan apa yang ingin saya mohon secara khusus dalam Ekaristi ini? Inilah macam-macam persiapan jarak dekat.
Hanya dengan persiapan diri yang memadai, suatu perayaan liturgi menjadi mengena dan bermakna bagi kita. Ternyata liturgi yang hidup dan baik tidak hanya ditentukan dari faktor petugas, tata laksana, dan peralatannya yang baik, tetapi juga terutama amat dipengaruhi oleh faktor dari dalam, yakni diri kita dan persiapan diri kita sendiri.
Perayaan liturgi, terutama misa kudus, yang biasa kita ikuti setiap Minggu atau harinya, sungguh mampu menopang hidup dan gerakan napas kita sepekan atau sehari itu. Misa kudus sungguh memberikan daya kekuatan rahmat yang kita butuhkan. Perayaan Ekaristi memberi jiwa, semangat, gairah dan daya kekuatan kepada kita sehingga seluruh acara kita pada sepekan atau hari itu diberi jiwa, semangat dan arahnya. Meskipun perayaan liturgi kita atau doa kita hanya berlangsung selama 30 menit atau beberapa menit, namun perayaan liturgi atau doa kita itu mempengaruhi seluruh dinamika acara dan kegiatan hidup kita pada sepekan atau hari itu.
Banyak orang pergi untuk ber-ekaristi di gereja demi alasan sekadar kewajiban . Ini hari Minggu, harinya Tuhan, maka marilah kita pergi ke gereja. Alasannya, ya, karena hari Minggu itu. Atau, yang lain lagi, yakni orang mengikuti misa untuk melihat penampilan kor terkenal atau pemusik terkenal yang sedang diundang mengisi nyanyian dalam misa kudus. Tetapi banyak umat yang pergi untuk misa kudus atau berdoa karena meamng sedang mempunyai ujud atau permohonan pribadi. Semua alasan itu tentu boleh-boleh saja, tidak salah. Hanya saja, semua alasan itu mestinya janganlah menjadi alasan utama atau yang paling dasar. Jiwa penghayatan liturgi yang paling murni dan mendasar adalah kerinduan hati untuk berjumpa dengan Tuhan. Rindu itu digerakkan oleh cinta.
Ingin berjumpa dengan Tuhan memang mesti menjadi alasan nomor satu bila kita berdoa atau berliturgi. Hal ini bukan hanya menyangkut isi dasar liturgi kita, yang intinya perayaan pertemuan dengan Tuhan. “Saya pergi ke misa kudus ini ‘kan untuk bertemu dengan Tuhan. Maka, siapa atau bagaimana imamnya, itu tidaklah terlalu penting.”Itu kata-kata orang yang menghayati motivasi dasar berliturgi pada soal kerinduan hati kepada Tuhan. (Habis)

Reportase

Menyambut Hari Natal 25 Desember 2008 yang lalu,, Sekolah Minggu Kring St. Maria Immaculata mengadakan acara Natal bersama yang dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 2009. Walaupun di persiapkan dengan keterbatasan waktu, Puji Tuhan, acara berjalan dengan lancar dan meriah.
Persiapan acara Natal bersama ini dimulai dengan melatih anak-anak untuk kor lagu-lagu Natal. Ternyata anak-anak sangat antusias dan cukup rajin berlatih, dengan bimbingan bersama ibu Debby dan ibu Lusy Andri, dan tentunya juga dengan dukungan moril dari bapak & ibu yang anaknya ikut latihan koor. Hasilnya, anak-anak lebih rajin lho dari yang kor orang dewasa.
Semula, acara Natal bersama ini akan diadakan di tempat terbuka yakni di lapangan tenis yang terletak di Balikpapan Baru, Cluster Den Haag, namun demikian ada rasa kuatir dengan turunnya hujan pada saat acara berlangsung. Sungguh Tuhan Mahabaik, melalui bantuan salah seorang warga kring St. Maria Imaculata, acara Natal bersama itu dapat berlangsung dalam ruangan meeting GRAHA TELKOM di Jl MT. Haryono (dan ternyata hujan turun waktu acara berlangsung).
Pada acara Natal bersama ini, Sekolah Minggu St. Maria Immaculata mengundang adik-adik warga sekitar Jl. Agung Tunggal. Ada 12 anak yang hadir yang datang dengan mengenakan pakaian terbaik yang mereka punya. Adik-adik ini orang tuanya kebanyakan bekerja sebagai buruh bangunan dan membantu dalam rumah tangga.
Tamu yang paling istimewa di acara Natal bersama ini, siapa lagi kalau bukan Sinterklas, yang datang bersama Piet Hitam. Piet Hitam mencari anak-anak yang masih bandel dan nakal, ternyata anak-anak semua sudah mau bersikap baik, jadi Piet Hitam tidak jadi memasukkan anak-anak ke dalam karung tapi malahan memberikan permen dan kacang, hm.........yummi.
Setelah ibadat singkat dipimpin oleh Sr. Yohana. Kemudian dilanjutkan dengan nyanyi bersama, bermain games berhadiah juga dengan pimpinan Sr. Yohana
Yang paling mengesankan adalah anak-anak Sekolah Minggu diminta untuk membawa kado yang akan di berikan pada teman-temannya ternyata sangat murah hati, sehingga kadonya sangat banyak dan akhirnya semua anak yang hadir bisa membawa pulang hadiah.
Konsumsi juga melimpah, thanks banget buat ibu-ibu yang yang berpartisipasi dan menyumbang konsumsi sehingga acara Natal bersama makanannya uenak..........tenan.
Dan hadiah buat anak-anak juga begitu buuuuussanyak, sumbangan dari warga kring St. Maria Imaculata. Acara dilanjutkan acara makan bersama.
Mudah-mudahan tahun depan kita bisa menyelenggarakan Natal Bersama lagi dan semakin banyak temen-teman yang datang.
Salam.

Congratulation

Kami ingin mengucapkan selamat kepada beberapa pasangan yang berbahagia ini yang merayakan Ulang Tahun Perkawinannya di bulan Februari 2008 :

• Johanes Hasim & Shanny Siddharta
• Rimbun Efendi Turnip & Martina Reti
• V. Laswanto & Ika
• Pratomo Agung & Elisabeth Disiana
• Titus Suwoto & Wivina Kusumawaty
• J. Kans Betekeneng & Maria Priscilla
• Dalmasius Endra & Maria Lysia

Selamat juga kami ucapkan untuk yang merayakan Ulang Tahun di bulan Februari 2008.

Bapak-bapak yang berbahagia :
• Bp. Romanus Basuki * Bp. Titus Suwoto
• Bp. Danny Ratumbanua * Bp. Ismail William

Ibu-ibu yang cantik :
* Ibu Ellen Polluan * Ibu Theresia Juni
*Ibu Festy Bayu * Ibu Herlyna Sapung Darmalam
*Ibu Wenny Bambang Widjaja * Ibu Ignatia Kasiartati
* Ibu Agatha Anna William

Anak-anak kita yang terkasih :

* Alexandra Callista Bongata (anak dari kel. Herry & Linda)
* Kevin Hartarto (anak dari kel. Anthony M & Agustina Maria)
* Jonathan (anak dari kel. Djono & Rianes Shendra)
* Sonia Alvina (anak dari kel. Susanto Lim & Adel)
* Lucas Febrian (anak dari kel. Ignatia Kasiartati S.H)
* Marsella Anggianto (putri pasangan Erwin A. & Yuliani)
* Felisia Widjaja (anak dari kel. Hendrawan W. & Felicia Chandra)
* Monica Vena Rosari (anak dari kel. M. Joko Budiyanto & Lucia)
* Jessica Ernest (anak dari kel. Ernest & Jennifer)
* Natasha Mokodompit (anak dari kel. Rudy M. & Florensia Santi)

Selamat berbahagia ya, semoga Tuhan selalu memberkati.

Syalom


Pembaca terkasih, akhirnya Redaksi ingin mengucapkan Happy Valentine’s day yang sangat terlambat, semoga cinta makin menghidupkan dan memperkaya kita dalam hidup menggereja dan bermasyarakat khususnya di Kring St. Maria Immaculata, keluarga dan teman-teman.

Sunday, February 1, 2009

Greetings

Salam Damai dalam Kristus,
Pembaca Terkasih, Tahun 2008 sudah kita lewati dan kita memasuki tahun 2009. Di awal tahun yang baru ini, sebagian besar dari kita telah menyusun rencana dan resolusi untuk di capai di tahun yang akan datang. Untuk itu, ada satu artikel yang pas untuk kita telaah bersama, yang Redaksi ambil dari Renungan Harian.
Pagi itu saya menuju warnet, untuk mengirimkan naskah yang akan dimuat dalam sebuah majalah. Ketika membuka inbox dari webmail saya, ada email baru dari beberapa teman. Dengan asyiknya saya baca email satu persatu, lalu saya membuka juga sejumlah situs lain, memantau dan men-download (kalau ada artikel yang saya minati). Sekitar 1 jam kemudian, saya keluar dari warnet itu, dalam perjalanan pulang saya teringat, astaga, naskah tadi malah belum jadi saya kirimkan.
Memiliki suatu sasaran adalah suatu hal yang biasa. Namun mempertahankan fokus untuk mencapai sasaran yang sudah di tetapkan acapkali kita abaikan. Kita berlimpah dengan rencana dan keinginan, namun terbata-bata terkadang lupa dalam menindaklanjuti pencapaiannya. Kita tidak memiliki komitmen, disiplin dan ketekunan yang memadai untuk menyelesaikan rencana itu. Kita tidak menjadikan rencana itu sebagai prioritas. Hasilnya ? Paling tidak, kejengkelan dan ketertundaan seperti yang saya alami tadi. Dalam perkara yang lebih serius, tentu saja akibatnya juga akan lebih parah.
Awal tahun ini banyak orang menyusun resolusi dan target, paling tidak bagi dirinya sendiri. Mungkin keinginan untuk menurunkan berat badan, mungkin cita-cita untuk menulis sebuah novel, mungkin pula kerinduan untuk memenangkan jiwa bagi Kristus. Itu baru satu tahap. Tahap berikutnya, siapkah kita, sepanjang tahun ini, mengembangkan komitmen, disiplin, dan ketekunan yang di perlukan untuk mewujudkannya ? ( By Arie Saptaji)

Pembaca terkasih, Apakah di tahun 2009 kita berani membuat target dan berusaha terus berkomitmen untuk mewujudkannya. Semoga.

Profile Pelatih Koor

Profil kita kali ini adalah Ibu Lusia Andri. Ibu yang berperawakan mungil ini adalah pelatih koor di Kring Santa Maria Immaculata. Lahir di Bantul 10 Juni 1977, menyelesaikan pendidikan SD, SMP & SMA di Jogjakarta, melanjutkan kuliah di IKIP Jogjakarta (UNY) dan mengambil Jurusan Seni Musik dengan vocal sebagai “mayor-nya”, selesai pada tahun 2000. Selanjutnya Ibu Lusia mengajar di SD & SMP Ricci Jakarta Barat & SMP Yakobus Jakarta Timur sampai dengan pertengahan 2002.
Tahun 2002 menikah dengan Bapak Richard Rahangiar, mereka dikaruniai 2 orang putera yaitu Kevin (5 thn) & Arnold (3 thn). Keluarga muda ini sering berpindah kota bahkan pindah negara karena mengikuti tugas Pak Richard seperti ke Aberdeen UK(2 thn). Di tempat ini, selain menekuni pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, Ibu Lusia juga aktif kegiatan koor di Gereja St. Mary Cathedral.
Tahun 2004 ketika Bapak Richard harus bertugas di Afrika, Ibu Lusia beserta anaknya Kevin balik & menetap di Jogja. Untuk mengisi waktu senggangnya, Ibu Lusi mulai merambah bisnis salon, dunia yang tidak begitu asing buatnya, karena ibu dari ibu Lusia adalah seorang perias pengantin. Selain itu ibu Lusiai mulai mengembangkan talentanya dan mengisi waktu luangnya dengan mengajar di Purwacaraka Music Studio di Jogja & aktif menjadi pelatih koor di Gereja yang sudah dijalani sejak SMA. Meskipun setelah menikah tidak rutin lagi melatih, hanya kadang-kadang ada panggilan melatih untuk acara tertentu di Gereja.
Tahun 2006 Ibu Lusia mengikuti suaminya pindah tugas ke Balikpapan. Namun pada saat itu Ibu Lusia masih sibuk dengan urusan anak yang bersekolah, setelah 1 tahun vakum Ibu Lusia mulai ikut dalam kegiatan koor di Paroki Santa Theresia & Aktif sebagai pelatih koor di Kring Santa Maria Immaculata. Ibu Lusia pernah mengajar di Sekolah Musik Kasih & sekarang mengajar di Purwacaraka Music Studio Balikpapan.

RENUNGAN

SIKAP DASAR MERAYAKAN LITURGI
oleh Pastor E. Martasudjita Pr.

Barangkali kita suka mengeluh, mengapa liturgi yang tadi dirayakan tidak menarik dan tidak mengena. Kita juga sering mengkritik bahwa homili imam atau prodiakon tidak baik, simpang siur dan tidak karuan. Atau, kita sendiri mengeluh dalam hati, mengapa kita tidak bisa menikmati perayaan Ekaristi di paroki ataupun di komunitas kita. Mengapa doa-doa kita terasa kering kerontang dan tanpa greget (semangat) ? Memang banyak faktor yang mempengaruhi penghayatan liturgi. Akan tetapi, salah satu faktor yang penting ialah persiapan diri kita. Kalau orang tidak bisa menikmati perayaah liturgi, janganlah pertama-tama menyalahkan orang lain, petugasnya, imamnya, lagu-lagunya, dan seterusnya. Harus diakui bahwa faktor petugas dan hal-hal semacam itu tentu mempengaruhi penghayatan liturgi kita. Namun, faktor persiapan diri kita sendiri amat sangat penting untuk bisa menghayati liturgi dengan sukacita dan hidup.
Bagaimana saya mempersiapkan diri saya sendiri untuk merayakan liturgi yang akan dilaksanaka itu?
Inilah pertanyaan awal bila orang mau merenungkan dan memikirkan kehidiupan penghayatan liturgi dan doanya. Sebaik apa pun perayaan liturgi itu diselenggarakan, seindah apa pun dekorasi liturginya, sebagus apa pun koor dan petugas lainnya melaksanaakn tugasnya, tetapi kalau kita sebagai umat hadir dengan hati yang risau dan gelisah, rasanya perayaan liturgi itu kurang mengena pada diri kita. Mungkin perayaan liturginya bagus, tetapi kita mengantuk luar biasa karena semalaman nonton televisi, lalu perayaan liturgi tersebut juga tidak bermakna banyak untuk kita. Inilah perlunya persiapan. Ibarat sawah, sebagus apa pun benih yang ditaburkan, kalau sawahnya belum disiapkan sebelumnya, misalnya belum disuburkan dan diairi secukupnya, maka benih itu tidak akan tumbuh baik. Sehebat apa pun homili sang pastor, tetapi hati umatnya sedang tidak tenang karena ingin segera pulang untuk nonton sinetron atau tinju, maka homili itu akan berlalu begitu saya.
Ada macam-macam persiapan. Sebagai persiapan fisik, misalnya, kita mengusahakan agar lama tidur kita cukup sehingga nanti di gereja kita tidak mengantuk. Termasuk persiapan pakaian mana yg mau dipakai.
Selain fisik, kita juga perlu mempersiapkan psikis dan hati kita. Baiklah kala kita pergi ke gereja atau mau berdoa, kita itu berada dalam suasana hati yang sabar, tenang dan tidak tergesa-gesa. Kalau hati ini sedang mangkel atau jengkel kepada seseorang, lalu kejengkelan itu terus kita bawa dalam seluruh perayaan Ekaristi, bisa dipastikan bahwa Misa Kudus kita itu tidak bermakna. Pergi ke gereja dengan hati yang damai, sabar (bahasa Jawa: sareh), dan penuh kerinduan tentu akan membuat perayaan liturgi lebih mudah menyapa kita.

(bersambung)
E M P A T I
oleh : Andy F. Noya ( Sesion 1 )


Suatu malam, sepulang kerja, saya mampir di sebuah restoran cepat saji di kawasan Bintaro. Suasana sepi. Di luar hujan. Semua pelayan sudah berkemas karena restoran hendak tutup. Tetapi mungkin melihat wajah saya yang memelas karena lapar, salah seorang dari mereka memberi aba-aba untuk tetap melayani. Padahal, jika mau, bisa saja mereka menolak. Sembari makan saya mulai mengamati kegiatan para pelayan restoran. Ada yang menghitung uang, mengemas peralatan masak, mengepel lantai dan ada pula yang membersihkan dan merapikan meja-meja yang berantakan. Saya membayangkan rutinitas kehidupan mereka seperti itu dari hari ke hari yang selama ini luput dari perhatian saya. Jujur saja, jika menemani anak-anak makan di restoran cepat saji seperti ini, saya tidak terlalu hirau akan keberadaan mereka. Seakan mereka antara ada dan tiada. Mereka ada, jika saya membutuhkan bantuan dan mereka serasa tiada, jika saya terlalu asyik menyantap makanan.
Namun malam itu saya bisa melihat sesuatu yang selama ini seakan tak terlihat. Saya melihat bagaimana pelayan restoran itu membersihkan sisa-sisa makanan di atas meja. Pemandangan yang sebenarnya biasa-biasa saja. Tetapi, mungkin karena malam itu mata hati saya yang melihat, pemandangan tersebut menjadi istimewa. Melihat tumpukan sisa makan di atas salah satu meja yang sedang dibersihkan, saya bertanya-tanya dalam hati: siapa sebenarnya yang baru saja bersantap di meja itu? Kalau dilihat dari sisa-sisa makanan yang berserakan, tampaknya rombongan yang cukup besar. Tetapi yang menarik perhatian saya adalah bagaimana rombongan itu meninggalkan sampah bekas makanan.
Sungguh pemandangan yang menjijikkan. Tulang-tulang ayam berserakan di atas meja. Padahal ada kotak-kotak karton yang bisa dijadikan tempat sampah. Nasi di sana-sini. Belum lagi di bawah kolong meja juga kotor oleh tumpahan remah-remah. Mungkin rombongan itu membawa anak-anak. Meja tersebut bagaikan ladang pembantaian. Tulang belulang berserakan. Saya tidak habis pikir bagaimana mereka begitu tega meninggalkan sampah berserakan seperti itu. Tak terpikir oleh mereka betapa sisa-sisa makanan yang menjijikan itu harus dibersihkan oleh seseorang, walau dia seorang pelayan sekalipun.
Sejak malam itu saya mengambil keputusan untuk membuang sendiri sisa makanan jika bersantap di restoran semacam itu. Saya juga meminta anak-anak melakukan hal yang sama. Awalnya tidak mudah. Sebelum ini saya juga pernah melakukannya. Tetapi perbuatan saya itu justru menjadi bahan tertawaan teman-teman. Saya dibilang sok kebarat-baratan. Sok menunjukkan pernah ke luar negeri. Sebab di banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika, sudah jamak pelanggan membuang sendiri sisa makanan ke tong sampah. Pelayan terbatas karena tenaga kerja mahal. Sebenarnya tidak terlalu sulit membersihkan sisa-sisa makanan kita. Tinggal meringkas lalu membuangnya di tempat sampah. Cuma butuh beberapa menit. Sebuah perbuatan kecil. Tetapi jika semua orang melakukannya, artinya akan besar sekali bagi para pelayan restoran. Saya pernah membaca sebuah buku tentang perbuatan kecil yang punya arti besar. Termasuk kisah seorang bapak yang mengajak anaknya untuk membersihkan sampah di sebuah tanah kosong di kompleks rumah mereka. Karena setiap hari warga kompleks melihat sang bapak dan anaknya membersihkan sampah di situ, lama-lama mereka malu hati untuk membuang sampah di situ. Belakangan seluruh warga bahkan tergerak untuk mengikuti jejak sang bapak itu dan ujung-ujungnya lingkungan perumahan menjadi bersih dan sehat. Padahal tidak ada satu kata pun dari bapak tersebut. Tidak ada slogan, umbul-umbul, apalagi spanduk atau baliho. Dia hanya memberikan keteladanan. Keteladanan kecil yang berdampak besar.
Saya juga pernah membaca cerita tentang kekuatan senyum. Jika saja setiap orang memberi senyum kepada paling sedikit satu orang yang dijumpainya hari itu, maka dampaknya akan luar biasa. Orang yang mendapat senyum akan merasa bahagia. Dia lalu akan tersenyum pada orang lain yang dijumpainya. Begitu seterusnya, sehingga senyum tadi meluas kepada banyak orang. Padahal asal mulanya hanya dari satu orang yang tersenyum.

(bersambung)

Aksi Sosial Natal 2008



Menjelang Natal 2008, Kring St. Maria Immaculata kembali mengadakan aksi sosial, yakni Aksi Sosial Natal 2008 yang kali ini tanda kasih diserahkan ke daerah stasi di Amburawang dan Argosari serta Susteran di Gereja Sepinggan. Walaupun gaung aksi Sosial kita kali ini tidak seheboh tahun lalu, tapi ternyata kedermawanan saudara-saudara kita di Kring St. Maria Immaculata tidak kalah dengan tahun lalu. Terkumpul sembako dan perlengkapan yang berguna bagi saudara-saudara kita di stasi sbb:

* Beras 735 kg * Mie instant 93 dus
* Susu kental manis 257 kaleng * Minyak goreng 152 liter
* Gula pasir 104 kg * Sabun mandi 343 batang
Dan masih banyak lagi lainnya seperti susu kotak, buku tulis, biskuit, pulpen, shampoo, odol, handuk, mentega, sikat gigi, permen, snack, teh, kopi, rautan & baju serta mainan bekas layak pakai/layak main.
Setelah barang-barang disusun dan dimuat ke atas 3 mobil pick up, akhirnya pukul 13.00 Wita, rombongan beserta Pastor Amtono MSF yang kami ajak ikut serta, berangkat menuju stasi di Argosari dan Amburawang, disana kita sudah dinanti dan disambut oleh warga kedua stasi tersebut. Acara berlangsung sederhana yang berupa ramah tamah, penyampaian tanda kasih, berdoa bersama di Rumah Bunda yang terletak di kompleks Stasi Argosari.
Selain memberikan tanda kasih ternyata Aksi Sosial Natal 2008 kita kali ini juga menumbuhkan semangat kegotong-royongan antara warga kring St. Maria Immaculata, Pastor Amtono MSF yang turun tangan membantu angkat-angkat barang, dan warga stasi. Di saat-saat seperti inilah, kita dapat menyaksikan Pastor kita dan bapak-bapak beserta anak-anak bekerja sama secara estafet mengangkat beras dan mie instant secara estafet.
Memberi bukan berarti tidak menerima, karena kebersamaan dan kegembiraan yang di dapat hari itu sangat memberikan kebahagiaan yang tidak dapat di ukur. Salam Natal.

Untuk itu, atas nama Kring Santa Maria Immaculata beserta panitia Aksi Sosial Natal 2008 mengucapkan terima kasih kepada keluarga-keluarga yang telah berpartisipasi dalam kegiatan sosial ini, yaitu :

* Kel. Safung Darmalam * Kel. Hery Gunawan * Kel. Herry & Linda
* Kel. Sacing & Yanti * Kel. Antonia Wensi * Kel. Kurniawan & Acui
* Kel. Susanto Lim & Adel * Kel. Laswanto * Kel. Daniel S. Wirawan
* Kel. Yulius & Christine * Kel. Ali Tan * Kel. Taufik Siswanto
* Kel. Tinci & Rinawati * Kel. Dwi Elieser * Kel. Ignatia Sujarwo
* Kel. Richard & Lusia Andri * Kel. Feely * Kel. Setiawan Chandra
* Kel. F.X. Guntoro * Kel. M. Joko Budiyanto * Kel. Mega S. Frans
* Kel. Wahyu/Sari * Kel. Zaldy Manorekang * Kel. Christy
* Kel. J o n o * Kel. Felix * Kel. Kartih
* Kel. T.P. Umayati * Kel. Caroline M. Gozali * Kel. Sandra Boseke
* Kel. Robert & Henny * Kel. Kim Sion * Kel. Ignatius Halim T.
* Kel. E. Suhendra * Kel. Bayu Wicaksono * Kel. Iwan Budianto
* Kel. Robby Kurniawan * Kel. Debby * Kel. Lien Ing
* Kel. Rina & Ibu Juni * Kel. Suwoto * Kel. Eko
* Kel. Sudhana S. * Kel. Vina * Kel. Haliankin
* Kel. Felix Sianta * Kel. Irwan Wijaya * Kel. Erlin Yavarian
* Kel. Erwin Anggianto * Kel. F.X. Suprapto * Kel. Anthony Mulyadi
* Kel. Agustinus * Kel. Yohannis Payung * Kel. Danny & Ibu Mieke
* Kel. Hubertus Simamora * Kel. Elisa * Kel. Melisa Angela
* Kel. A San Siantar * Kel. Totong & Liphing

Semoga Tuhan memberkati.

Congratulation

Kami ingin mengucapkan selamat kepada beberapa pasangan yang berbahagia ini yang merayakan Ulang Tahun Perkawinannya di bulan Januari 2009 :
No. N a m a K e l u a r g a Tanggal
1. Kel. Paulus H. Herry & F.F. Linda 5 Januari
2. Kel. Joannes Boseke & Sandra Mamuaja 6 Januari
3. Kel. Joko Budiyanto & Lucia Lilis Erwati 7 Januari
4. Kel. Safung Darmalam & Herlyna 9 Januari
5. Kel. Kurniawan T. & Sriwaty (Acui) 23 Januari
6. Kel. Susanto Lim & Adelina (Atong & Adel) 23 Januari
7. Kel. Robert Telasman & Ursula Debbie 29 Januari
8. Kel. E. Suhendra & Cecilia 31 Januari
Selamat merayakan Ulang Tahun Perkawinan, semoga di tahun-tahun mendatang bisa terus langgeng, semakin bijak dalam menjalani hidup perkawinan yang tidak selalu mulus namun dengan niatan yang tulus dari kedua belah pihak dan berkat dari Tuhan Yesus maka segala rintangan dan masalah pasti dapat dilewati bersama.

Selamat juga kami ucapkan untuk Bapak & Ibu yang merayakan Ulang Tahun di bulan Januari 2009.
Bapak-Bapak yang berbahagia dan Ibu-Ibu yang cantik:
No. Nama Tanggal
1. Ibu Felicia Chandra 1 Januari
2. Ibu Wivina Suwoto 6 Januari
3. Bapak Yan Primadi 8 Januari
4. Ibu Silvia T. Tanggara 8 Januari
5. Ibu Hilary Monita 15 Januari
6. Bapak Christophorus Bernard 16 Januari
7. Ibu V. Adelina 16 Januari
8. Bapak G. Susanto Lim 22 Januari
9. Bapak Felix Moningka 29 Januari
10. Ibu Janti Sacing Darmalam 31 Januari

Anak-anak kita yang terkasih:
No. Nama Anak Anak dari Keluarga Tanggal
1. Konstantin Hasim Yohanes Hasim & Sian 7 Januari
2. Rudi Kristanto Ong Lian Eng 11 Januari
3. Alexander Denis Rudy Mokodompit & F. Shanty D. 12 Januari
4. Anneter D. Sacing Darmalam & Janti 14 Januari
5. Mario Panggantara Dionisius P & Rina D. 15 Januari
6. Davin Saviro Wijaya Laswanto & Ika 15 Januari
7. Vincent Arnold Richard Rahangiar & Lusia Andri 15 Januari
8. Lastri Simamora Hubertus Simamora & Jojor T. Siregar 18 Januari
9. Bunga Chrysanthya Albertus Bayu W & Festy 22 Januari
10. Kresna Dwi Cahyo R. Basuki S & Hendrina 24 Januari
11. Teresa Nelson Nelson T & Maria Vianny 24 Januari
12. Felicia Laurent Hendy E & Lenny Setiawan 27 Januari
13. Vincent Gunawan Harry Gunawan & Heria 28 Januari
14. A. Randy Anggianto V. Erwin Anggianto & Anastasia 30 Januari


Syaloom
Selain merayakan Tahun Baru Masehi, di bulan Januari ini, saudara-saudari warga Tionghoa merayakan juga Tahun Baru Imlek 2560, yang tahun ini jatuh pada tanggal 26 Januari 2009, jadi sebelum berpisah Redaksi mewakili semua Pengurus Kring Santa Maria Immaculata ingin mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek, Gong Xi Fa Cai ........ !

Thursday, January 1, 2009

Greeting

Salam Damai dalam Kristus,

Pembaca Terkasih, beberapa hari lagi kita akan merayakan Natal. Kita kembali akan disibukkan dengan persiapan-persiapan untuk menyambut Natal tersebut. Persiapan untuk Natal bukan hanya dilakukan oleh orang Kristen dan Gereja saja, tapi oleh hampir semua orang dan pusat perbelanjaan dengan Christmas Sales-nya, Tak ketinggalan ikan hiu di Sea World pun merayakannya. Apakah Natal hanya sekedar pesta dan perayaan? Apakah Natal sekarang identik dengan baju baru, sepatu baru, dan lain-lain yang serba baru? Apakah Natal harus penuh dengan kemewahan ?

Perayaan Natal yang pertama kalinya dilakukan adalah suatu Natal yang sederhana. Bukan Maria dan Yusuf tidak mampu, sehingga memilih sebuah kandang dan palungan untuk anaknya. Atau apakah Allah tidak mampu memilih “Maria” lain yang merupakan seorang puteri Raja atau bangsawan, sehingga Yesus sebagai Putra Allah mendapatkan tempat yang lebih layak. Oleh karena itu Natal haruslah melambangkan suatu sikap rendah hati dan kerelaan mau berkorban atau memberi untuk orang lain.

Ketika Natal kita mengetahui makna Natal adalah waktu memberi bagi orang lain. Apakah yang telah kita berikan, untuk sesama kita dan Tuhan ?
Ada tiga hal yang patut kita renungkan dalam hal “memberi” yakni:

1. Memberikan dirimu kepada Tuhan. Tujuan utama Kristus lahir di dunia ini adalah membawakan keselamatan bagi orang yang percaya pada-Nya. Ketika kita menjadi “orang-orang yang diselamatkan”, namun tidak menyerahkan diri kita sepenuhnya untuk “dipakai” oleh Tuhan, maka apa artinya keselamatan yang kita peroleh. Natal melambangkan sikap rendah hati dan kerelaan mau berkorban untuk orang lain. Sudahkah kita dengan sikap rendah hati dan rela “dipakai” oleh-Nya untuk orang lain bagi kemuliaan nama-Nya ?

2. Memberikan dirimu kepada sesamamu. Seringkali kita sebagai orang Kristen menjadi seorang yang egois, yang tidak pernah “memberikan” keselamatan yang kita peroleh untuk orang lain. Jangankan untuk orang lain, untuk saudara seiman pun kita seringkali terlalu egois. Tidak pernah menjadi sahabat bagi saudara seiman kita. Terlalu banyak pertimbangkan untuk bersahabat, padahal dia adalah saudara seiman. Terlalu banyak orang merasa kesepian dan hampa di sekitar kita, termasuk dalam gereja dan lingkungan di mana kita berada. Ingat natal adalah melambangkan suatu sikap rendah hati dan kerelaan mau berkorban atau memberi kepada sesama. Sudahkah kita melakukannya, walaupun kepada orang yang paling kita benci ?

3. Memberikan harta kita untuk orang lain.
Natal adalah momen yang tepat untuk memberi, namun seringkali orang terjebak. Jika bukan Natal, jarang sekali kita orang Kristen mau memberi. Padahal begitu banyak orang-orang yang mengalami kemiskinan dan kesusahan, yang memerlukan bantuan tidak hanya pada hari Natal saja. Ketika kita diberikan sedikit harta duniawi, sudahkah kita menyisihkan sedikit untuk mereka? Sudahkah kita mempunyai hati yang tulus dalam memberi? Kita jadi teringat dengan kata-kata pengemis kecil dalam bis ”Gopek (Rp. 500,-) dan Ceceng (Rp. 1.000,-) kan tidak membuat Anda menjadi miskin”.

Marilah kita memikirkan kembali makna Natal yang sesungguhnya, dan biarlah di tahun ini Natal itu selalu ada dalam hati kita semua, menjadikan diri kita sebagai “hadiah Natal” terindah buat sesama, agar setiap hari dalam hidup kita adalah Natal untuk sesama. AMIN.

Profil Warga

Profil kita kali ini adalah Ibu Debbie Kweek, salah satu warga Kring Santa Maria Immaculata yang cukup aktif, khususnya yang berhubungan dengan pembinaan iman anak-anak kita melalui kegiatan Sekolah Minggu di Kring Santa Maria Immaculata. Lahir pada tgl 6 November 1976 dan besar di Bandung, menyelesaikan pendidikan SD di St. Angela Bandung, SMP St. Aloysius 1 Bandung (1989-1992), SMA St. Aloysius 1 Bandung Jurusan A1 (1992-1995). Pendidikan terakhirnya di International College of Hotel Management (ICHM) Adelaide, Australia (1995-1998).
Setelah menyelesaikan pendidikan terakhirnya, Ibu Debby bekerja di World Congress Centre Melbourne, Australia (Food and Beverage Department), selanjutnya pindah ke Grand Hyatt Hotel, Jakarta (Accounting Officer), lalu ke Grand Hyatt Hotel, Melbourne, Australia (Food and Beverage Department), terakhir bekerja di Java Brasserie on Collins Street, Melbourne, Australia (Food and Beverage Department).
Sewaktu bekerja di Grand Hyatt Melbourne tahun 1998 bertemu dengan Robert Telasman, yang juga sama-sama kuliah di bidang perhotelan (Blue Mountain International Hotel Management School, Sydney, Australia) dan sedang menjalani industrial placement. Setelah pacaran selama kurang lebih 2 tahun, mereka menikah di Bandung pada tanggal 29 Januari 2000.
Setelah menikah, mereka tinggal di Padang, Sumatera Barat untuk menjalankan usaha keluarga di bidang machine shop. Dikaruniai seorang anak pada 25 Agustus 2001. Tahun 2004 pindah ke Balikpapan dan melanjutkan usaha di bidang yang sama sampai sekarang. Kegiatan Ibu Kweek saat ini ialah mengajar Bahasa Inggris di Play Group & Kindergarten ”Little Star” dan memberikan kursus private Inggris di sela-sela waktu luang. Hobby: membaca, travelling, bermain musik (piano/organ), menyanyi dan memancing.

ADVEN : UNDANGAN PERTOBATAN

oleh: P. Gregorius Kaha, SVD

“Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat”

Adven: Seberapa pentingnya bagi kita ?
Adven yang berarti “kedatangan”, adalah moment sangat istimewa bagi kita dalam mempersiapkan diri merayakan Natal. Fokus utama sebenarnya bukan pada “penantian” tetapi justru pada “kedatangan Tuhan Yesus”. Dengan kata lain, Adven bukan moment final tetapi kesempatan berahmat untuk menyiapkan diri menyambut kedatangan Yesus Kristus. Kedatangan Kristus dalam konteks persiapan Adven adalah kedatangan-Nya dalam hati manusia. Jadi kita tidak hanya mengenang kelahiran Yesus ribuan tahun yang lalu, tetapi berjaga-jaga atau bersiap sedia untuk kedatangan-Nya yang kedua, juga kedatangan-Nya dalam hati kita. Kita patut berbangga karena Gereja dengan sangat tegas dan jelas mengajak dan menuntun kita memasuki masa persiapan sebelum merayakan Natal. Selama empat minggu kita menyiapkan diri dengan harapan agar makna Natal bisa menyentuh kehidupan kita. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa tanpa Adven, Natal kehilangan makna.

Makna Adven Bagi Kita
Adven dan Natal tidak bisa dilihat secara terpisah. Yang menyiapkan diri secara baik dalam Adven akan merasakan dan merayakan sukacita Natal. Maka makna dari masa Adven bisa kita simpulkan secara sederhana:

Pertama, Adven merupakan Undangan Pertobatan.
Pertobatan merupakan sikap yang tepat untuk menyambut kedatangan Juruselamat. Kedatangan Tuhan Yesus didahului dengan seruan Yohanes Pembaptis untuk bertobat; dan kini ketika kita menyongsong Natal, Gereja pun mengajak kita untuk bertobat. Pertobatan bukan soal lahiriah belaka (seremonial semata) tetapi mesti menyentuh kedalaman hati untuk sebuah pembaharuan hidup. Oleh karena itu, sebenarnya kita bisa mengerti mengapa kita diajak untuk tidak merayakan Natal sebelum tanggal 25 Desember; yakni, supaya ada saat untuk merenungkan kehidupan ini dan menatanya secara baik dan benar sebelum menyambut kedatangan Kristus.

Kedua, Adven melukiskan Pengharapan dan Sukacita.
Dalam tradisi, simbol masa persiapan ini adalah Lingkaran Adven. Selama empat minggu kita menanti penuh harapan. Buah dari tobat bukan kesedihan karena meninggalkan dosa / manusia lama, melainkan sukacita karena hidup baru dalam Tuhan. Minggu Adven tidak hanya mengajak kita memperbaharui lagi pengharapan kita akan janji penyelamatan, tetapi juga bersukacita karena janji itu terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Pada Minggu Adven ketiga (Minggu Gaudete), sukacita kita meluap-luap tak tertahankan lagi karena Sang Penyelamat sudah dekat. Oleh karena itu, sebenarnya kita bisa memahami, mengapa ada banyak simbol dan persiapan lahiriah (Lingkaran Adven, Ibadat Adven, pengakuan dosa dll) selama Masa Adven; yakni agar menumbuhkan dan mendukung persiapan batin kita.

Ketiga, Adven menggambarkan Penantian Panjang.
Nubuat tentang kelahiran Yesus disampaikan kepada bangsa-bangsa melalui para nabi. Nubuat itu menimbulkan penantian dalam sejarah hidup manusia. Yesus memang sudah dilahirkan dan datang ke dunia, Ia pun berjanji akan datang untuk kedua kalinya. Adven mengajak kita menghayati penantian Gereja akan kedatangan kembali Tuhan Yesus ini.

Pesan: Jaga hatimu & teruslah bersolider
Melalui minggu-minggu Adven ini kita sebenarnya juga diajak untuk menantikan kedatangan Tuhan Yesus dalam hidup kita sehari-hari. Maka selama Adven, selain membangun sikap tobat, janganlah kita lupa berdoa mohon kehadiran-Nya dalam hidup kita agar kita pun berani membaharui kehidupan kita dan siap bersolider dengan sesama. Semoga Tuhan berkenan lahir dalam hati kita yang remuk-redam ini. Selamat beradven.

CATATAN CINTA DARI LOURDES ( 3 - habis )


by Hertin

Pada tanggal 25 Pebruari 1858, pada penampakan-Nya ke-9 di Gua Massabiele, Bunda Maria berkata kepada Bernadette: “Pergilah minum dari mata air itu dan bersihkan dirimu”. Seperti kita ketahui sebelumnya, atas petunjuk Bunda Maria, Bernadette pergi ke tanah bagian belakang dalam gua, menggali tanah di kiri gua itu dengan tangannya sendiri sehingga air mengalir keluar tak henti-hentinya hingga kini. Air dari sumber Gua Massabiele ini diambil para peziarah untuk minum, membasuh muka serta membersihkan diri. Semua mengingatkan kita akan pembaptisan dan hidup baru dalam Roh Kudus.

Kesempatan untuk mandi air suci Lourdes pada siang hari itu seusai jalan salib juga tidak disia-siakan oleh rombongan peziarah. Kami rela antri cukup lama menunggu giliran untuk dapat ‘diceburkan’ ke bak mandi dengan air yang dingin sekali. Sambil duduk, bergeser dari bangku satu ke bangku lain seperti layaknya menunggu giliran pengakuan dosa, para rombongan peziarah dari berbagai bangsa berdoa rosario dengan bahasa mereka masing-masing. Kita rombongan Indonesia juga mendapat kesempatan menyahut Salam Maria dalam bahasa Indonesia.

Luar biasa perasaan saya melambung atas kebesaran Tuhan. Lagu-lagu selingan selama doa rosario juga memberi semangat dan kesabaran pada kami. Senyum tersungging di bibir menghiasi wajah ceria para peziarah yang telah usai ‘dimandikan’ di kolam air oleh 2 petugas.
Persiapan iman yang kuat memang diperlukan, agar dapat mengalahkan bisikan setan yang bekerja di tempat suci tersebut. Perasaan was-was meninggalkan begitu saja tas, uang dan barang berharga di ruang ganti yang juga dipakai oleh banyak orang yang tidak dikenal. “Amankah?” Perasaan kuatir akan air di bak mandi yang sudah dipakai untuk ‘menceburkan’ banyak orang apalagi yang sakit. “Hygieneskah?” Ada penyesalan di hati saya, kenapa bisikan setan itu ada di sana. Apakah mungkin karena pengaruh pengalaman duniawi di gereja-gereja kota besar, sering ada peringatan untuk tidak meninggalkan tas di bangku duduk? Namun apa pun penyebabnya, yang penting bagi peziarah adalah membuang semua pikiran negatif atas pengalaman duniawi, kemudian menanamkan iman kepercayaan akan belas kasih Allah serta pertolongan Bunda Maria senantiasa.

Tak terasa sore menjelang di mana para peziarah telah bersiap-siap untuk ikut perarakan lilin. Dengan membawa lilin panjang, beberapa orang dari rombongan kami berangkat menuju podium lebih awal untuk bergabung dengan para peziarah lain yang akan menyanyikan lagu Ave Maria dan mengucapkan Salam Maria dengan bahasa negara masing-masing.

Di pelataran Basilika Bawah tersebut, rombongan Indonesia ditempatkan persis di bagian tengah diapit oleh romboangan dari India dan Inggris. Sementara itu cahaya ribuan lilin mulai menerangi lapangan besar di depan Basilika. Prosesi lilin mulai bergerak perlahan diiringi lantunan lagu Ave Maria dalam berbagai bahasa silih berganti. Perasaan saya ikut ‘terangkat’ setiap lilin dilambaikan dan diangkat tinggi diiringi ‘Ave, Ave, Ave Maria’.

Setelah giliran rombongan kita selesai menyanyikan sebait lagu ‘Di Lourdes di gua sunyi terpencil……’ serta doa Salam Maria, saya semakin menyadari betapa besarnya kasih Tuhan dan Bunda pada umatnya sehingga saya mendapat kesempatan ikut menyanyi di podium bersama umat negara-negara lain. Tak bisa saya ungkapkan kebahagiaan hati dan betapa indahnya malam itu. Perarakan diakhiri dengan doa Credo, Salve Regina serta berkat dari uskup dan para pastor yang hadir.



( tamat )

Congratulation

Selamat Ulang Tahun buat warga Kring kita yang merayakan ulang tahun di bulan Desember, yaitu bagi :
• James Patrick Wijaya a/d Hendrawan Wijaya & Felicia Chandra (3 Des)
• Georgeus Geraldo a/d Vincentius Irwan & Stefani Sianie (5 Des)
• Bapak Yuswar & Emmanuel Robert Telassman (6 Des)
• Imelda Debby Runtukalu (6 Des)
• Bonifasius Suryo Purnomo (7 Des)
• William Wiratama Leonli a/d Hendra Lie & Carolina Mina (9 Des)
• Tersisius Richard Rahangiar (9 Des)
• Ibu Rina Dwi Handani & Angelina Efi (10 Des)
• Callysta Michiko Turnip a/d Rimbun Turnip & Martina Reti (10 Des)
• Daniel Andreas Adi a/d Dalmasius Endra & Lysia (11 Des)
• Yovan Laurenzio a/d Sapung Darmalam & Herlyna (11 Des)
• Natasha Sella Ananta a/d Alexander Ananta & T. Elisa (12 Des)
• Gabriella Michelle Javida a/d Vincentius Christianto & Laurentia Jenny (12 Des)
• Rachel Cathleen Wijaya a/d Oey Bamabang Wijaya & Fr. Wenny (13 Des)
• Ibu Carolina Maria Mina (19 Des)
• Hendro Prasetyo Wibowo a/d Romanus Basuki & Henrina (20 Des)
• Eduardus Suhendra Wardhana (20 Des)
• Christine Yvonne a/d William & Agatha Anna (22 Des)
• Bapak Dionisius Panggantara (22 Des)
• Ibu Hertin Setiatin (23 Des)
• Theodorus Christian a/d Titus Suwoto & Wivina Kusumawaty (24 Des)
• Gregorius Abelard a/d Paulus Herry & F.F Linda (25 Des)
• Ignacia Primadi a/d Yan Primadi & Santi Dewi (25 Des)
• Elizabeth Rizki Natalia a/d Hendra Ajinata & Theresia Dewi (26 Des)
• Amanda Fortune Pheodora a/d David Rahcmat Duta & Yenny (27 Des)
• Bapak Johannes Hasim (27 Des)
• Ibu Ong Lien Ing Monica & Erlin Yavarian (27 Des)
• Ibu Caroline Sikla Wibowo (30 Des)

Kami ucapkan Selamat Ulang Tahun Perkawinan bagi pasangan-pasangan yang berbahagia ini :
• Bapak Harry Gunawan & Ibu Heria Prisni (3 Des)
• Bapak Stefanus Teddy & Ibu Stefani Angelina (5 Des)
• Bapak David Rachmat Duta & Ibu Yenny (5 Des)
• Bapak Anthony M. & Ibu Agustina Maria (15 Des)
• Bapak Hendra Ajinata & Ibu Theresia Dewi (16 Des)
• Bapak Felix Moningka & Ibu Meryana Julius (22 Des)
• Bapak Helson Tedjo & Ibu Maria Vianny Theresia (22 Des)
• Bapak Ignasius Halim T & Ibu Hertin Setiatin (23 Des)
• Bapak Alexander Ananta & Ibu T. Elisa (27 Des)
• Bapak Hendrawan Wijaya & Ibu Felicia Chandra (27 Des)
• Bapak Danny H Ratumbanua & Ibu Sylvia Francien Umboh (30 Des)

Condelence

Kabar duka cita datang dari Saudari kita terkasih Theresia Dewi Riati atau lebih kita kenal dengan Ibu Dewi Hendra, yang Adik kandungnya tercinta telah pulang ke rumah Bapa di Surga pada tanggal 28 November 2008. Untuk itu segenap warga Kring Santa Maria Immaculata mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya, semoga Dewi sekeluarga dapat diberikan ketabahan dan kekuatan.