Thursday, January 1, 2009

Greeting

Salam Damai dalam Kristus,

Pembaca Terkasih, beberapa hari lagi kita akan merayakan Natal. Kita kembali akan disibukkan dengan persiapan-persiapan untuk menyambut Natal tersebut. Persiapan untuk Natal bukan hanya dilakukan oleh orang Kristen dan Gereja saja, tapi oleh hampir semua orang dan pusat perbelanjaan dengan Christmas Sales-nya, Tak ketinggalan ikan hiu di Sea World pun merayakannya. Apakah Natal hanya sekedar pesta dan perayaan? Apakah Natal sekarang identik dengan baju baru, sepatu baru, dan lain-lain yang serba baru? Apakah Natal harus penuh dengan kemewahan ?

Perayaan Natal yang pertama kalinya dilakukan adalah suatu Natal yang sederhana. Bukan Maria dan Yusuf tidak mampu, sehingga memilih sebuah kandang dan palungan untuk anaknya. Atau apakah Allah tidak mampu memilih “Maria” lain yang merupakan seorang puteri Raja atau bangsawan, sehingga Yesus sebagai Putra Allah mendapatkan tempat yang lebih layak. Oleh karena itu Natal haruslah melambangkan suatu sikap rendah hati dan kerelaan mau berkorban atau memberi untuk orang lain.

Ketika Natal kita mengetahui makna Natal adalah waktu memberi bagi orang lain. Apakah yang telah kita berikan, untuk sesama kita dan Tuhan ?
Ada tiga hal yang patut kita renungkan dalam hal “memberi” yakni:

1. Memberikan dirimu kepada Tuhan. Tujuan utama Kristus lahir di dunia ini adalah membawakan keselamatan bagi orang yang percaya pada-Nya. Ketika kita menjadi “orang-orang yang diselamatkan”, namun tidak menyerahkan diri kita sepenuhnya untuk “dipakai” oleh Tuhan, maka apa artinya keselamatan yang kita peroleh. Natal melambangkan sikap rendah hati dan kerelaan mau berkorban untuk orang lain. Sudahkah kita dengan sikap rendah hati dan rela “dipakai” oleh-Nya untuk orang lain bagi kemuliaan nama-Nya ?

2. Memberikan dirimu kepada sesamamu. Seringkali kita sebagai orang Kristen menjadi seorang yang egois, yang tidak pernah “memberikan” keselamatan yang kita peroleh untuk orang lain. Jangankan untuk orang lain, untuk saudara seiman pun kita seringkali terlalu egois. Tidak pernah menjadi sahabat bagi saudara seiman kita. Terlalu banyak pertimbangkan untuk bersahabat, padahal dia adalah saudara seiman. Terlalu banyak orang merasa kesepian dan hampa di sekitar kita, termasuk dalam gereja dan lingkungan di mana kita berada. Ingat natal adalah melambangkan suatu sikap rendah hati dan kerelaan mau berkorban atau memberi kepada sesama. Sudahkah kita melakukannya, walaupun kepada orang yang paling kita benci ?

3. Memberikan harta kita untuk orang lain.
Natal adalah momen yang tepat untuk memberi, namun seringkali orang terjebak. Jika bukan Natal, jarang sekali kita orang Kristen mau memberi. Padahal begitu banyak orang-orang yang mengalami kemiskinan dan kesusahan, yang memerlukan bantuan tidak hanya pada hari Natal saja. Ketika kita diberikan sedikit harta duniawi, sudahkah kita menyisihkan sedikit untuk mereka? Sudahkah kita mempunyai hati yang tulus dalam memberi? Kita jadi teringat dengan kata-kata pengemis kecil dalam bis ”Gopek (Rp. 500,-) dan Ceceng (Rp. 1.000,-) kan tidak membuat Anda menjadi miskin”.

Marilah kita memikirkan kembali makna Natal yang sesungguhnya, dan biarlah di tahun ini Natal itu selalu ada dalam hati kita semua, menjadikan diri kita sebagai “hadiah Natal” terindah buat sesama, agar setiap hari dalam hidup kita adalah Natal untuk sesama. AMIN.

No comments: