Sunday, March 1, 2009

Article

SIKAP DASAR MERAYAKAN LITURGI (lanjutan)
Oleh: Pastor E. Martasudjita, Pr.

Lalu ada persiapan rohani atau batin iman kita sendiri. Inilah persiapan yang berupa doa, meditasi, atau renungan atas sabda Tuhan yang nanti akan dibacakan. Banyak orang pergi ke misa kudus tanpa persiapan apa-apa. Mereka tidak tahu tentang bacaan yang akan diwartakan. Yang paling baik, sebelum berangkat ke misa kudus di gereja, kita sudah membaca bahan bacaan misa kudus sesuai dengan kalendarium liturgi. Syukurlah bila membacanya sudah pada malam hari sebelumnya. Kita membaca bacaan Kitab Suci itu dan kita renungkan sebisa-bisanya. Janganlah datang terlambat. Kita datang seawal mungkin untuk berdoa dan mempersiapkan hati, menenangkan hati dan pikiran, merenungkan isi bacaan yang sudah kita baca di rumah atau tersedia dalam teks misa, dan jangan lupa merumuskan dan menyampaikan ujud doa kita. Apa yang ingin saya syukuri dalam Ekaristi ini dan apa yang ingin saya mohon secara khusus dalam Ekaristi ini? Inilah macam-macam persiapan jarak dekat.
Hanya dengan persiapan diri yang memadai, suatu perayaan liturgi menjadi mengena dan bermakna bagi kita. Ternyata liturgi yang hidup dan baik tidak hanya ditentukan dari faktor petugas, tata laksana, dan peralatannya yang baik, tetapi juga terutama amat dipengaruhi oleh faktor dari dalam, yakni diri kita dan persiapan diri kita sendiri.
Perayaan liturgi, terutama misa kudus, yang biasa kita ikuti setiap Minggu atau harinya, sungguh mampu menopang hidup dan gerakan napas kita sepekan atau sehari itu. Misa kudus sungguh memberikan daya kekuatan rahmat yang kita butuhkan. Perayaan Ekaristi memberi jiwa, semangat, gairah dan daya kekuatan kepada kita sehingga seluruh acara kita pada sepekan atau hari itu diberi jiwa, semangat dan arahnya. Meskipun perayaan liturgi kita atau doa kita hanya berlangsung selama 30 menit atau beberapa menit, namun perayaan liturgi atau doa kita itu mempengaruhi seluruh dinamika acara dan kegiatan hidup kita pada sepekan atau hari itu.
Banyak orang pergi untuk ber-ekaristi di gereja demi alasan sekadar kewajiban . Ini hari Minggu, harinya Tuhan, maka marilah kita pergi ke gereja. Alasannya, ya, karena hari Minggu itu. Atau, yang lain lagi, yakni orang mengikuti misa untuk melihat penampilan kor terkenal atau pemusik terkenal yang sedang diundang mengisi nyanyian dalam misa kudus. Tetapi banyak umat yang pergi untuk misa kudus atau berdoa karena meamng sedang mempunyai ujud atau permohonan pribadi. Semua alasan itu tentu boleh-boleh saja, tidak salah. Hanya saja, semua alasan itu mestinya janganlah menjadi alasan utama atau yang paling dasar. Jiwa penghayatan liturgi yang paling murni dan mendasar adalah kerinduan hati untuk berjumpa dengan Tuhan. Rindu itu digerakkan oleh cinta.
Ingin berjumpa dengan Tuhan memang mesti menjadi alasan nomor satu bila kita berdoa atau berliturgi. Hal ini bukan hanya menyangkut isi dasar liturgi kita, yang intinya perayaan pertemuan dengan Tuhan. “Saya pergi ke misa kudus ini ‘kan untuk bertemu dengan Tuhan. Maka, siapa atau bagaimana imamnya, itu tidaklah terlalu penting.”Itu kata-kata orang yang menghayati motivasi dasar berliturgi pada soal kerinduan hati kepada Tuhan. (Habis)

No comments: