Sunday, February 1, 2009

RENUNGAN

SIKAP DASAR MERAYAKAN LITURGI
oleh Pastor E. Martasudjita Pr.

Barangkali kita suka mengeluh, mengapa liturgi yang tadi dirayakan tidak menarik dan tidak mengena. Kita juga sering mengkritik bahwa homili imam atau prodiakon tidak baik, simpang siur dan tidak karuan. Atau, kita sendiri mengeluh dalam hati, mengapa kita tidak bisa menikmati perayaan Ekaristi di paroki ataupun di komunitas kita. Mengapa doa-doa kita terasa kering kerontang dan tanpa greget (semangat) ? Memang banyak faktor yang mempengaruhi penghayatan liturgi. Akan tetapi, salah satu faktor yang penting ialah persiapan diri kita. Kalau orang tidak bisa menikmati perayaah liturgi, janganlah pertama-tama menyalahkan orang lain, petugasnya, imamnya, lagu-lagunya, dan seterusnya. Harus diakui bahwa faktor petugas dan hal-hal semacam itu tentu mempengaruhi penghayatan liturgi kita. Namun, faktor persiapan diri kita sendiri amat sangat penting untuk bisa menghayati liturgi dengan sukacita dan hidup.
Bagaimana saya mempersiapkan diri saya sendiri untuk merayakan liturgi yang akan dilaksanaka itu?
Inilah pertanyaan awal bila orang mau merenungkan dan memikirkan kehidiupan penghayatan liturgi dan doanya. Sebaik apa pun perayaan liturgi itu diselenggarakan, seindah apa pun dekorasi liturginya, sebagus apa pun koor dan petugas lainnya melaksanaakn tugasnya, tetapi kalau kita sebagai umat hadir dengan hati yang risau dan gelisah, rasanya perayaan liturgi itu kurang mengena pada diri kita. Mungkin perayaan liturginya bagus, tetapi kita mengantuk luar biasa karena semalaman nonton televisi, lalu perayaan liturgi tersebut juga tidak bermakna banyak untuk kita. Inilah perlunya persiapan. Ibarat sawah, sebagus apa pun benih yang ditaburkan, kalau sawahnya belum disiapkan sebelumnya, misalnya belum disuburkan dan diairi secukupnya, maka benih itu tidak akan tumbuh baik. Sehebat apa pun homili sang pastor, tetapi hati umatnya sedang tidak tenang karena ingin segera pulang untuk nonton sinetron atau tinju, maka homili itu akan berlalu begitu saya.
Ada macam-macam persiapan. Sebagai persiapan fisik, misalnya, kita mengusahakan agar lama tidur kita cukup sehingga nanti di gereja kita tidak mengantuk. Termasuk persiapan pakaian mana yg mau dipakai.
Selain fisik, kita juga perlu mempersiapkan psikis dan hati kita. Baiklah kala kita pergi ke gereja atau mau berdoa, kita itu berada dalam suasana hati yang sabar, tenang dan tidak tergesa-gesa. Kalau hati ini sedang mangkel atau jengkel kepada seseorang, lalu kejengkelan itu terus kita bawa dalam seluruh perayaan Ekaristi, bisa dipastikan bahwa Misa Kudus kita itu tidak bermakna. Pergi ke gereja dengan hati yang damai, sabar (bahasa Jawa: sareh), dan penuh kerinduan tentu akan membuat perayaan liturgi lebih mudah menyapa kita.

(bersambung)

No comments: