Monday, December 1, 2008

CATATAN CINTA DARI LOURDES (2)

Kabut tipis serta mendung menyelimuti kota Lourdes pagi ini. Udara dingin mengiringi langkah saya ke kapel kecil yang letaknya tak jauh dari Gua Maria. Misa pagi dalam bahasa Indonesia dipimpin oleh romo pendamping rombongan, Romo Patrik Josaphat. Segala puji syukur kami persembahkan atas kurnia dan cinta kasih Bapa sehingga semua anggota rombongan berada dalam keadaan sehat walafiat walaupun telah menempuh perjalanan panjang dan jauh beberapa hari. Suasana kontras terlihat di luar kapel, begitu banyak orang sakit dengan kursi roda atau kereta khusus bertenda biru ditarik oleh para sukarelawan menuju kolam mandi di sebelah kanan Gua Massabielle. Saya tertegun kagum akan semangat dan harapan mereka. Kolam mandi dibuka jam 9.00 – 13.00 waktu setempat. Tetapi jam 7.30 antrian peziarah telah sangat panjang. Setiap periode jumlah orang yang mendapat kesempatan itu terbatas oleh waktu dan kelihatannya rombongan kami tidak akan mendapat kesempatan mandi pada periode pagi itu. Tour leader merubah acara untuk mulai mandi jam 11.00 siang untuk periode ke dua.
Acara utama lain pagi ini adalah jalan salib. Jalan salib di Lourdes berliku-liku sepanjang kurang lebih 1500 meter di puncak bukit Espelugues yang tinggi. Di tengah doa yang dibaca bergantian serta nyanyian jalan salib, para peziarah semuanya bersatu dan melebur dalam suasana haru yang tak dapat diekspresikan dengan kata-kata. Ada kursi roda yang ditinggalkan karena peziarah ingin menahan derita jalan salib. Napas terengah-engah serta kaki dan lutut yang sakit karena berlutut di setiap perhentian jalan salib berbatu-batu pastilah tidak sehebat penderitaan Yesus untuk menebus dosa-dosa kita manusia. Lantunan doa dan nyanyian dengan bahasa-bahasa berbeda dari setiap rombongan peziarah silih berganti. Patung-patung setinggi 2 meter di setiap perhentian mengingatkan saya akan Gua Maria Lourdes di Pohsarang, Kediri, Jawa Timur.
Saya telah beberapa kali ziarah dan menginap di Pohsarang dan juga sangat menyukai Gua Maria Lourdes Pohsarang yang begitu tenang. Doa-doa permohonan saya pada Bunda Maria di sana pun selalu terkabul. Namun lain Pohsarang, lain Lourdes. Suasana hati kita di Lourdes jadi berbeda walau pun di mana-mana bisa saja ada jalan salib dan pertobatan. Saya mendapat kesempatan membacakan doa jalan salib pada perhentian ke XI yaitu Yesus Disalibkan. Ini juga merupakan pengalaman pertama yang tak terlupakan dalam hidup saya dapat membacakan doa jalan salib di Lourdes.
Tetapi yang paling penting adalah cuplikan renungan yang harus selalu diingat yaitu ”Tuhan Yesus, berilah kami kekuatan untuk menyalibkan dosa-dosa kami agar kami kelak Kau bangkitkan dan boleh menikmati kebahagiaan bersama Engkau.”
Nyanyian: ”Dari salib Kau melihat. Tak terbilang yang menhujat. Berapakah yang taat?”
Cuplikan lirik lagu itu juga menyadarkan kita. Bukankah dalam tugas pekerjaan serta profesi kita di tengah masyarakat, organisasi atau lingkungan sosial lain, kita juga melihat dan merasakan tak terbilang yang menghujat. Kenapa kita sering sedih, kecil hati, marah dan tak kuat menghadapinya?
Saya pribadi juga sering begitu sensitive bila melihat beberapa anak didik yang diasuh dengan kasih , dididik disiplin, dibekali ilmu pengetahuan dan dibimbing ke arah yang benar, malah berbalik menghujat para pendidiknya. ”Oh, Tuhan, ampunilah mereka yang suka menghujat dan berilah kami kekuatan agar lebih sabar.”
Setelah perhentian ke XIV, Yesus Dimakamkan, di Lourdes ada jalan salib ke XV yaitu Yesus Bangkit Dari Antara Orang Mati. Batu besar bulat dengan ukiran cahaya/sinar di permukaannya tersandar di bukit karang melambangkan makam yang kosong setelah kebangkitan Kristus.
Di sebelah kanan bukit karang itu ada tulisan sederhana dalam bahasa Latin yang kira-kira berarti ”Dia telah bangkit seperti Dia katakan sebelumnya.” Alleluia!

(bersambung)

No comments: